KHOSIR - SEBUAH CERPEN

Khosir

Aku melihat keramaian dengan penuh kegembiraan. Acara pesta meriah membuat orang lupa akan jati diri mereka yang sesungguhnya. Berawal dari kacamata halus lalu berubah menjadi suatu kehalusan. Tak ku sangka lama kelamaan ia terus berevolusi dan berubah menjadi kekerasan. Bebas melakukan apapun tanpa pengawasan membuat hati dan pikiran nya memiliki kebebasan yang tak ada batasan. Aku tidak tahu apakah karena anomitasi atau tidak, tapi aku berani katakan ini tentang mindset dan niat. Tugas dan tanggung jawab yang menghampirinya terkadang membuat ia lupa bahwasanya mana jati diriku yang dulu. Jika Tuhan sayang, pasti akan memberikan yang terbaik.

Kalelawar yang bersembunyi di siang hari lalu beraktivitas di malam hari, menghadirkan suatu kecemasan dan kekhawatiran. Mata serigala melihat lalu menyerbu layaknya seperti tidak ada rasionalitas dalam dirinya. Hanya ada nafs (nafsu) pada hewan tersebut. Aku menduga dialah penjahat sesungguhnya. Tak terkecuali ayam yang dilindungi dengan bulu bulu untuk menghindari kedinginan, tetapi tetap saja karena tidak ada rasionalitas pada diri hewan pemangsa tersebut (Serigala) membuat ayam tersebut tetap dimangsa olehnya. Bahkan sekali pun orang yang merawat dan menjaga serigala akan kemungkinan memangsa perawatnya. Begitulah dunia, penuh teka-teki yang berliku, merawat belum tentu bisa menjadi perawat. Andai rasionalitas ada pada hewan maka tidak akan pernah mengundang keheranan. Justru akan mengundang kebaikan dan kedamaian.

Selalu berusaha berbuat kebaikan tetapi selalu ditahan dengan kesesatan. Menjadi orang baik itu sulit, akan tetapi teruslah berusaha untuk berbuat kebaikan walau sekecil apapun. Kebahagiaan bukan datang dari acara pesta meriah lalu berkumpul dan bercengkrama dengan kawan kawan lama. Kebahagiaan datang dari lubuk hati, melakukan kebaikan dengan niat yang tulus akan menciptakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Pahitnya hidup bukan menjadi hambatan dalam berbuat baik. Itu hanya sebagian kecil dari permasalahan kehidupan. Bukan tentang nilainya yang diperhatikan, tetapi bagaimana ketulusan dan niatan yang kuat dalam hidup untuk terus berusaha dalam mengevaluasi diri. Lupakan segala sesuatu yang buruk tentang orang lain, biarkan dan lalu pergi.

Hidup bukan tentang siapa yang paling hebat, tapi hidup bagaimana cara kita menghindari sifat sombong atas pencapaian kita. Mampu membuka diri kepada siapa pun, mampu untuk terus memahami orang lain dari sisi yang berbeda. Idealisme tatkala dibutuhkan dan tatkala tidak dibutuhkan. Gunakan idealisme tersebut sesuai dengan tempat dan waktu nya. Jangan terlalu cepat menghakimi dan menyimpulkan. Setiap orang memiliki pikiran dan cara yang berbeda-beda. Stoikisme mengajarkan agar kita mampu membuka diri terhadap suatu hal. Mengajarkan untuk tidak mudah tersinggung dan selalu berpikir ke arah yang baik. Fokus dan tetapkanlah tujuan. Nikmati proses yang kau embani dan jangan mudah terprovokasi. Tetaplah percaya diri walau banyak rintangan yang membatasi diri. Mulai dan bergeraklah dari detik ini untuk mengejar apa yang menjadi impian.

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

IMPLIKASI CINTA SEBAGAI SUATU CACAT KEHENDAK DALAM PERJANJIAN

Menilik Kebijakan Mahkamah Agung terhadap Kaesang, Apakah Sudah Sejalan dengan Konstitusi Indonesia?