SEBAB KEBEBASAN DIBATASI SEBUAH FILOSOFI BERFIKIR, MENGAPA HUKUM DAPAT MEMBATASI KEBEBASAN ?
SEBAB KEBEBASAN DIBATASI SEBUAH FILOSOFI BERFIKIR, MENGAPA HUKUM DAPAT MEMBATASI KEBEBASAN ?
Oleh : wawan suryadi
Eksistensi menusia menurutmu kaum naturalis adalah hidup dan hadir karena kebebasan, maka dari itu adanya perbuatan manusia dikarenakan kebebasan yang dimiliki. Kebebasan yang dimiliki oleh manusia lahir sebagai sebuah naturalie yang mengandung arti bahwa kebebasan adalah suatu fitrah lahirnya seorang individu. Kebebasan sebagai suatu pemberian Tuhan dijadikan sebagai acuan manusia untuk hidup menurut pemikiran liberalisme. Jika Tuhan menciptakan kebebasan maka pertanyaan mendasar yang lahir adalah mengapa hukum lahir untuk membatasi kebebasan ??.
Jika manusia hidup dibatasi oleh hak asasi manusia orang lain (pulum publicum) maka muncul sebuah pertanyaan apakah hanya hak orang lain yang menjadi sebuah alasan kenapa kebebasan manusia itu dibatasi ?, pertanyaan ini masih perlu dikaji, digali dan dijawab secara logis, ilmiah. Karena eksistensi hak orang lain belum begitu kuat untuk membatasi hak individu (freedom). Sebab memang ada alasan lain yang mendasar kebebasan itu perlu dibatasi tidak hanya bertumpu pada hak asasi manusia orang lain.
Dalam prespektif keagamaan hidupnya seorang manusia (individu) memiliki perbedaan dengan hidupnya Hewan. Manusia hidup dengan suatu akal budi, sehingga sebenaranya manusia itu hidup dipandu oleh akal budinya. Hal ini tentu berbeda dengan hewan yang hidup hanya dengan sebatas kebebasan (freedom) dan naluri. Konsekuensi dari adanya akal budi, maka manusia mencoba menciptakan suatu pedoman hukum berdasarkan pada rasio, hasil cipta, karsa dan rasa manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa tindakan manusia mengatur dirinya dengan rasio atau akal budi sebenarnya adalah suatu kebiasaan atau budaya (culture). Tindakan manusia yang seterusnya menghendaki ketertiban melalui penciptaan pedoman hidup yang dilakukan secara terus menerus merupakan suatu budaya penciptaan (culture of creation). Ini alasan mengapa manusia harus mentaati hukum tidak lain hukum adalah produk yang diciptakan manusia sebagai upaya pembiasaan untuk mengatur kebebasan( freedom) menuju pada ketertiban. Proses penciptaan hukum adalah suatu kebiasaan manusia memanfaatkan rasio atau akal budinya. Esensi dari sebuah pembiasaan tidak lain adalah sebuah output yakni suatu ketaatan.
Pembiasaan lahir dari sebuah paksaan individu maupun masyarakat, hukum yang diciptakan oleh sekelompok manusia merupakan tindakan paksa untuk mengatur kebebasan menuju pada suatu ketertiban hukum. Lalu pertanyaan yang muncul kembali mengapa harus ada paksaan untuk taat ? Manusia adalah makhluk Tuhan dengan kebebasan, namun kebebasan yang dimiliki manusia tidaklah sama dengan kebebasan yang dimiliki hewan. Manusia hidup dengan kebebasan namun dibatasi oleh akal budi (rasio) bukan hanya naluri semata. Berbeda dengan hewan yang hidup rekat dengan kebebasan tanpa rasio pemeberian Tuhan. Sehingga tindakan manusia yang dibatasi oleh akal budi mereka (themselves) melahirkan sebuah pertanggungjawaban. Lahirnya sebuah pertanggungjawaban didasari oleh hidupnya manusia dengan akal sebagai pemeberian Tuhan, yang tentu berbeda dengan hewan dimana ia hidup tanpa pertanggungjawaban dikarenakan ketiadaan akal.
Maka alasan mengapa hukum itu hadir untuk membatasi kebebasan manusia tidak hanya sebatas adanya hak asasi manusia orang lain. Namun lebih daripada itu,
Pertama, kebebasan itu wajar dibatasi berkat hadirnya akal budi manusia (rasio) yang membedakan manusia sebagai mahluk yang dianugrahi akal budi dengan hewan yang tidak dianugrahi akal. Kebebasan manusia dibatasi oleh pertimbangan akal baik atau buruk (wisely). Hadirnya akal menerima konsekuensi bahwa manusia harus bertanggungjawab terhadap tindakan dalam kehidupannya. Pertanggungjawaban ini hadir sebagai bukti bahwa tidak ada kebebasan yang absolute (mutlak).
Kedua, pertanggungjawaban hadir sebagai upaya membentuk manusia yang bijak, taat terhadap konsensus serta sebagai jaminan tidak ada perbuatan tanpa adanya suatu pertanggungjawaban, baik dihadapan manusia saat ini maupun dihadapan Tuhan kelak.
Luar Biasa๐
BalasHapusEmang idolaku ini๐๐
BalasHapus