MELIRIK KETERTARIKAN GENERASI Z TERHADAP POLITIK - Yudi Pratama Putra
MELIRIK KETERTARIKAN GENERASI Z TERHADAP POLITIK
Oleh: Yudi Pratama Putra
Generasi Z atau sering disebut sebagai Gen-Z merupakan generasi muda saat ini yang lahir sekitar tahun 1995-2010, dimana Generasi Z berumur kisaran 13 tahun sampai 28 tahun sehingga dapat disebut sebagai anak muda yang memiliki peran yang sangat vital dalam membangun peradaban dalam berbagai bidang khususnya dalam bidang politik. Perpolitikan di Indonesia tidak pernah terlepas dari peran pemuda dalam setiap generasinya yang terus berkontribusi. Seperti halnya penggagas organisasi pergerakan nasional Budi Utomo, Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak utama pergerakan kemerdekaan Indonesia, jatuhnya rezim orde lama tahun 1966 yang berakhir Supersemar dan tumbangnya kepemimpinan Soeharto tahun 1998 yang menghasilkan Reformasi adalah tidak terlepas dari peran penting pemuda yang tetap berkiprah dalam paradigma politik Indonesia. Aksi pemuda pada generasinya masing-masing menjadi tokoh vital dalam setiap momentum politik yang berlangsung di negeri ini. Maka dari itu, pemuda saat ini yang termasuk kedalam Generasi Z tentunya memiliki peran penting pada pesta demokrasi untuk menggunakan hak pilihnya dalam menentukan wakil rakyat dan pemimpin negara yang akan berlangsung di Indonesia pada tahun 2024 mendatang.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) merilis Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu 2024. Sebanyak 204.807.222 Pemilih, 66.822.389 orang atau 33,60% adalah Generasi Millenial (lahir antara 1980-1994), sedangkan sebanyak 46.800.161 atau 22,85 persen pemilih merupakan Gen Z (1995-2010). Jika ditotalkan, pemilih dari generasi Z dan Milenial berjumlah 113.622.550 pemilih atau 56,45%. Data tersebut, membuktikan bahwa pemilih didominasi oleh generasi muda yang termasuk kedalam Generasi Z dan Generasi Millenial merupakan pemegang saham terbesar dalam kontestasi pemilihan umum 2024, sehingga pemimpin Indonesia untuk 5 tahun kedepan ditentukan ditangan para pemuda. Sedangkan disisi lain, para calon legislatif dan calon Presiden/Wakil Presiden beserta partai politik harus dapat memenangkan hati para kaum muda sebagai pemangku kepentingan yang sesungguhnya.
Orientasi Politik Gen Z
Menurut data dari Survei Indikator Politik Indonesia pada tahun 2021 menunujukkan bahwa kepercayaan anak-anak muda khususnya Generasi Z saat ini terhadap partai poltik hanya sebesar 32.64%. Terdapat juga hasil survei yang dirilis Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada bulan April 2023 lalu perihal kepuasan publik terhadap lembaga-lembaga di Indonesia. Artinya partai politik sebagai artikulasi poltik dari masyarakat memiliki kepercayaan yang rendah dari kacamata khususnya Gen Z. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, apa yang membuat Gen Z menunjukkan ketidakpercayaannya terhadap Partai Politik saat ini? Terdapat banyak faktor yang membuat Gen Z tidak percaya pada partai politik, yakni:
Korupsi
Terdapat banyak elit-elit partai politik yang tersandung kasus korupsi adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan Gen Z kehilangan kepercayaan terhadap Pemerintah dan partai politik.
Selebriti masuk Partai Politik
Tidak sedikit para selebritis yang masuk ke dalam partai sebagai kendaraan mereka untuk mencalonkan sebagai wakil rakyat. Namun, hal ini yang diresahkan oleh Gen Z karena para selebritis yang bergabung kedalam Partai Politik belum memiliki pemahaman atau tidak cakap berkiprah dalam dunia politik dan hanya mencari sensasi tanpa sebuah prestasi serta aksi, sehingga pandangan Gen Z menilai bahwa kaderisasi partai politik hanya mementingkan popularitas dan elektabilitas dibandingkan kualitas.
Partisipasi dan Transparansi dalam mengambil kebijakan
Kurangnya partisipasi dalam pengambilan kebijakan, program, ataupun regulasi yang akan dikeluarkan terkesan hanya kepentingan partai politik dibandingkan mewakili suara rakyat. Selain itu, kurangnya transparansi Selain itu sebab tidak memberikan informasi yang terbuka, sehingga menimbulkan kecurigaan Gen Z mengenai adanya hal-hal yang dirahasiakan ke publik. Contohnya saja pada saat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja disahkan pada tahun 2020, dimana terdapat unsur kurang partisipasi public dan tidak adanya transparansi akses informasi pada undang-undang tersebut.
Melihat faktor-faktor tersebut membuktikan bahwa pandangan Generasi Z berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, dikarenakan saat ini Gen Z lebih menyukai pemimpin yang jujur dan amanah, lebih menonjolkan kerja dan aksi nyata, tanpa pencitraan, tidak hanya janji manis semata, tidak suka politik identitas dan politik SARA. Memang sejatinya menjadi suatu Pekerjaan Rumah (PR) bagi para elit politik dan partai politik dalam merangkul Gen Z untuk dapat menarik Gen Z dalam berpolitik. Dewasa ini, baik Gen Z maupun Millenial tidak hanya dapat dilihat sebagai objek lumbung suara untuk Pemilu mendatang, namun para politikus sejatinya harus dapat melakukan pendekatan ke dalam ruang-ruang anak muda dengan cara memberikan contoh praktik politik yang positif, menginisiasi program kreatif dan inovatif yang selaras dengan selera Gen Z sehingga dapat menunjukkan keberpihakan terhadap aspirasi-aspirasi generasi muda tanpa ada embel-embel kampanye hitam.
Beropini Publik untuk Politik
Pada dasarnya, banyak Gen Z yang apatis terhadap perkembangan politik saat ini, sebab mereka hanya lebih nyaman dalam dunianya sendiri seperti halnya lebih suka hiburan, bermain game online, mengikuti trend gaya hidup ala barat dan korea, bahkan lebih mengetahui bagaimana kehidupan personal keluarga selebritas dibandingkan perkembangan isu-isu dan paradigma politik yang dinamis di Indonesia. Namun, ternyata belakangan ini Generasi Z telah banyak menyumbang pendapatnya pada public. Sejatinya, kemampuan Gen Z dan Millenial cukup signifikan dalam mempengaruhi public secara umum.
Instrument yang digunakan Gen Z dalam mempengaruhi opini publik untuk menyuarakan kebijakan-kebijakan politik melalui media sosial seperti Tiktok, Instagram, Youtube, Twitter, dan Facebook. Media sosial memainkan peranan penting dalam mencari partisipasi politik. Salah satu contoh opini publik yang dapat mempengaruhi simpati banyak orang melalui platform digital adalah ketika Bima Yudho Saputro seorang mahasiswa yang berkuliah di Australia mengkritik pembangunan infrastruktur yang kurang layak di Lampung melalui konten video tiktoknya, sehingga video tersebut menjadi ramai dijagat maya dan dukungan dari warga internet yang didominasi juga oleh Generasi Z. Dampaknya adalah tak lama kemudian Presiden Joko Widodo terjun secara ke Lampung untuk melihat infrastruktur yang tidak layak tersebut dan bahkan memanggil mempertanyakan secara langsung kinerja Gubernur Lampung. Hal tersebut menjadi bukti bahwa suara Generasi Z tidak perlu diragukan lagi untuk menarik partisipasi masyarakat melalui ruang digital dalam beropini public. Disisi lain, Generasi Z di Indonesia saat ini lebih memperjuangkan keadilan, isu kesetaraan gender, kekerasan seksual, isu-isu lingkungan, serta kebebasan berpendapat, kesehatan mental, serta pembangunan berkelanjutan.
Pemilih Kritis
Adanya Putusan No. 65/PUU-XXI/2023 yang tetapkan pada tanggal 15 Agustus 2023, dalam permohonan perkara pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang pada pokoknya adalah memperbolehkan kegiatan kampanye di lembaga pendidikan dengan pembatasan-pembatasan tertentu, maka baik calon legislatif maupun calon eksekutif dapat memberikan gagasan dan visi misinya sehingga Generasi Z dapat memilih secara rasional dan kritis berdasarkan pemaparan program-program yang akan dirancangkan untuk Indonesia kedepan. Selain itu, belakangan ini terdapat Website bernama “Bijak Memilih” sebagai platform yang memberikan informasi mengenai isu politik, rekam jejak partai politik dan data korupsi secara kompleks, sehingga diharapkan bahwa masyarakat Indonesia khusunya Gen Z dapat lebih bijak, kritis, dan rasional dalam memilih partai politik dan calon pemimpin untuk pemilu 2024 mendatang.
Daftar Pustaka
Putra, Yanuar Surya. "Theoritical review: Teori perbedaan generasi." Among makarti 9.2 (2017).
Nastiti, AD.(16 Agustus 2017) Memahami Aspirasi dan Prilaku Politik Generasi Z. Tirto.id. URL: https://tirto.id/memahami-aspirasi-dan-perilaku-politik-generasi-z-cuEL
Adminkesbangpol. (21 Mei 2013). Budi Utomo dan Pergerakan nasional Indonesia. Kesbangpol.kulonprogokab.go.id. URL: https://kesbangpol.kulonprogokab.go.id/detil/745/budi-utomo-dan-pergerakan-nasional-indonesia
Watra, BL. (7 Mei 2023) Gen Z, Millenial, Politik Masa Depan. Antaranews.com. URL: https://www.antaranews.com/berita/3525420/gen-z-milenial-politik-masa-depan
Assidiq, Y. (1 April 2023) KPU Soroti Indeks Kepercayaan Anak Muda Terhadap Parpol Rendah. Republika.co.id. URL: https://rejogja.republika.co.id/berita/rsg0q5399/kpu-soroti-indeks-kepercayaan-anak-muda-terhadap-parpol-rendah
Abdullah, Said MH. (7 Agustus 2023). Gen Z dan Arah Politik Kita. Detiknews.com URL: https://news.detik.com/kolom/d-6862809/gen-z-dan-arah-politik-kita
Anggaraini, SR. Tingkat Kepercayaan Gen Z yang Rendah Terhadap Pemerintah. Kompasiana.com. URL: https://www.kompasiana.com/rosmawitaanggraini9954/649d27f508a8b520de074602/tingkat-kepercayaan-gen-z-yang-rendah-terhadap-pemerintah
Komisi Pemilihan Umum. (2 Juli 2023). DPT Pemilu 2024 Nasional, 204,8 Juta Pemilih. Kpu.go.id. URL: https://www.kpu.go.id/berita/baca/11702/dpt-pemilu-2024-nasional-2048-juta-pemilih
Hasan, A. (13 September 2023). Anak Muda Bisa Kenali Rekam Jejak Partai Lewat Fitur Baru Bijak Memilih. Goodnewsformindonesia.id. URL: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/09/13/rekam-jejak-partai-politik-bisa-dilacak-pakai-fitur-baru-bijak-memilih
Komentar
Posting Komentar