Kesah menjadi berkah
Kesah menjadi berkah
Terik cahaya surya mulai menampakkan suhu melewati batas wajar, ditiup angin yang berhembus melewati sela-sela gedung tinggi, lalu bayangan hitam terlihat kontras dibawah kaki terpijak, aku berdiri diantara kerumunan orang yang berlalu lalang, mereka sibuk sendiri memikirkan urusannya.
Apakah semua manusia memang begitu?
Terkadang aku memikirkan hal ini
"bagaimana yaa, agar kita semua bisa melepas dunia kita masing-masing? melebur jadi satu, berbagi tawa, canda, khidmat, dan nikmat, tersenyum dengan orang-orang sekitar, tidak selalu menampilkan wajah muram akibat terlilit masalah hidup, sepertinya mustahil terjadi, aku yakin itu"
Lalu akupun mulai berjalan, melanjutkan aktifitasku seperti biasanya, merintis dunia untuk mendapatkan karier yang mumpuni, mengejar mimpi, berlaku ambisius, kompetitif, dan tak kenal menyerah, demi masa depan yang lebih cerah.
Hari demi hari ku lalui seperti itu, hingga aku mendapati kabar ada pandemi virus yang menyerang salah satu negara. Seperti angin, beritanya menyebar dengan cepat, masuk ke setiap pintu-pintu rumah, bahkan sampai anak kecil pun dengan lancar menyebutnya. "CORONA!!!!"
Seakan akan nama itu menjadi trending nomor 1 di setiap otak manusia. Tapi hahaha, fakta tidak sesuai dengan realita. faktanya virus ini terus menyebar, bahkan sudah masuk ke perbatasan negara-negara tetangga, namun realitanya masyarakat tidak peduli terhadap hal itu, tetap sibuk dengan dunia mereka masing masing, bahkan dijadikan sebuah candaan, hingga...
Satu, dua, tiga, sebelas, lima belas, tiga puluh,..........., seratus dua puluh...... Dalam dua minggu orang yang terkena yang awalnya hanya beberapa orang, berubah menjadi puluhan, bahkan ratusan orang di negeri ini.
Barulah dunia tercengang, sebuah momok menakutkan terhias dalam relung relung media massa, semua orang berteriak "LOCKDOWN".
Hastag "DIRUMAH AJA" menjadi trending di sosial media, tangis dan ketakutan tersebar, instansi dan perusahaan ditutup, sekolah di liburkan, para buruh dan pegawai swasta di PHK, nasib sial terjadi dimana mana. Yang kaya menjadi miskin, yang miskin menjadi semakin melarat, kita memasuki masa yang panjang, dimana wabah sudah merebak di negeri tanpa kita tau kapan bisa berakhir.
Tetapi, aku merasakan hal lain, keluargaku jauh, mereka tersebar di berbagai daerah, sangat jarang untuk bertemu, ketika pandemi ini hadir, mereka semua pulang, berkumpul di sini, bersuka cita, tertawa berbagi cerita. Aku juga melihat kerjasama para warga di lingkungan mereka, gotong royong kembali dijalankan, kompak demi mencegah penyebaran virus ini. Terlihat banyak sekali para dermawan yang muncul, membagikan sebagian harta mereka, kompak bersatu melawan musuh abstrak yang disebut virus. Mereka tidak lagi mengejar prestasi, tapi menemukan kebahagiaan hakiki, berkumpul bersama keluarga, teman, sahabat lama, di kampung masing masing. Sembari menunggu dunia sembuh dari sakitnya, banyak hal yang bisa kita lakukan, tetaplah berdoa kawan, semoga setelah semua ini berakhir, pola interaksi kita juga terjalin, saling menyapa dengan tetangga, berbagi kebahagiaan dengan semua orang, dan tentunya menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
kita semua bisa menjadi insan yang lebih baik, jangan terlalu takut, banyak hubungan sosial yang bisa kita jalin dengan orang-orang di sekitar kita.
Semoga tulisan ini membantu dan semoga kita cepat bertemu :)

Komentar
Posting Komentar