DARI WUHAN MENJADI WAHN “DARI MATI MENJADI ABADI”
DARI WUHAN MENJADI WAHN
“DARI MATI MENJADI ABADI”
Wuhan, kota yang dikenal sebagai pusat penyebaran virus corona (covid 19). Persebaran virus begitu masif hampir keseluruh dunia. Banyak yang mati. Ketakutan bergema, entah di dunia maya ataupun nyata. Barang-barang diborong, tak boleh ada yang kosong. Kios-kios dan toko-toko harus kosong,dompet boleh kosong, tapi hidup harus terus menyongsong. Pagi tadi, aku melihat rombongan para pemborong, seperti kulihat sebuah teriakkan ‘aku ingin hidup dan yang lain harus mati. Biarlah keperihan menjadi kesunyian masing-masing.
Wahn, penyakit cinta dunia dan takut mati. Siapa yang tidak takut mati didunia sekarang ini? Tentu hampir semua orang takut mati. Namun, yang buruk dari penyakit ini adalah mengapa harus menghilangkan sisi kemanusiaan. Takut mati hal yang biasa, namun kenapa itu tidak menyebabkan kita untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan. Aku memang telah menyadari bahwa dinegeri ini ‘banyak orang yang membangga-banggakan agamanya tapi tidak beriman’. Dan tentunya kita juga menyadari bahwa kita pasti mati.
“dunia ibarat pohon yang teduh, kita dalam perjalanan lalu melihat pohon yang teduh, singgah sebentar, setelah itu berangkat, karena ia bukan tujuan”
Manusia ingin abadi, namun yang menjadi masalah adalah bumi pun tak abadi. Ketamakan telah terlihat jelas dimana-mana. Padahal kita adalah suatu sistem, yang ketika satu sistem saja rusak, dapat mempengaruhi yang lainnya. Manusia sebgai mikrokosmos adalah wujud bumi, ia adalah cerminan bumi. Secara tidak sadar kita adalah bumi, yaaa kita adalah miniatur bumi, bumi adalah makrokosmos. Bumi memang terus mengalami kerusakan , begitu juga dengan kita. Baiklah, jika memang ingin hancur bersama bumi, akan ku berikan solusi.
“Dari Mati Menjadi Abadi”
Oke, hahahaha, tertawa dulu, lanjut serius.Tanpa kita sadari kita memang sudah abadi, kita hanya berpindah tempat. Namun untuk tetap bereksistensi dibumi ada suatu cara, yaitu menggunakan teknologi informasi, jadi begini, sebagai contoh hal yang pertama yang harus kau lakukan adalah buat video yang mengatakan bahwa kau berada ditahun 2060, kau akan tetap ada, media sosialmu jangan private, dan semoga ada timer upload, sehingga videomu akan terupload/terekpos pada tahun 2060 secara otomotis. Dan jika melihat perkmbangan IT aku yakin itu bisa. Kau bisa mengupload foto atau video disetiap tahun sepanjang tahun yang kau inginkan. Dengan begitu kau masih abadi di dunia maya, seseorang masih bisa melihat suaramu, gelak tawamu, pikiran yang kau utarakan, gerakan tubuhmu disetiap tahun bahkan setiap saat.
Seperti aku yang hanya melihat aktor film favoritku, pemain bola favoritku, hanya melalui medsos atau hanya layar kaca, tapi aku yakin ia ada dalam dunia nyata. Dan kita yakin ia ada, padahal apakah betul ia ada? Yaa karena aku tak pernah melihatnya secara langsung. Begitu juga dengan kau yang mengupload videomu atau fotomu, kau akan dianggap ada walaupun ragamu tak ada. Bukankah dizaman sekarang ini segala kepercayaan selalu diproleh dari media sosial.
Hahaha gila, baiklah, hujan telah reda, hal yang ingin kukatakan sebagaimana mana yang tertera pada paragraf pertama, dengan melihat, berdasarkan pengalaman dan hal lain yang telah aku alami sesuai dengan kalimat “nihil est in intellecttu quod non priyus puerit insern” (tidak ada sesuatu didalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman) aku ingin mengatakan bahwa di zaman ini Aku Adalah Orang Paling Bahagia Dibumi.
‘Bukankah para filsuf telah sepakat
bahwa relasi paling agung antara manusia adalah CINTA'
Hahaha, buat terus kak wen yg bahasanya kayak gini, asik ngak ngebosenin
BalasHapusSuka banget T.T
BalasHapusKek lagi baca majalah bobo deh T.T
Keren banget, ilmu masuk tanpa ada kata bosan, lanjutkan bang wen
BalasHapusEmang beda tulisan suhu yg satu ni, slalu bikin kagum. Sampe2 ingin menemuinya dan bilang aku sayang kamu yuwen.
BalasHapus